KODEMIMPI - Mission Commander Kolonel Penerbang Noto Casnoto bercerita soal momen kritis saat menjalankan misi pengiriman bantuan ke Palestina menggunakan pesawat C-130J Hercules. Momen itu saat pesawat kehilangan GPS ketika melakukan penerbangan menuju Jalur Gaza.
Momen atau gangguan itu biasa disebut dengan GPS jamming, gangguan GPS yang membuat pesawat tidak dapat menerima sinyal GPS. Kendati begitu pesawat masih punya sistem navigasi dari input lain untuk menentukan posisinya.
Tentu saja momen itu berbahaya, jika tidak bisa menentukan posisi, pesawat bisa beralih ke jalur lain atau menuju ke arah lain. Gagalnya menentukan arah berarti berpotensi menggagalkan misi.
"Kami mengalamk GPSnya suddenly hilang, sehingga kami harus mapping secara manual, kemudian menerbangkan secara konvensional," kata Kolonel Noto kepada wartawan, Kamis (11/4/2024) di Lanud Halim Perdanakusuma.
Dalam misi itu Kolonel Noto bahu membahu dengan pilot Letkol Penerbang Alfonsus Fatma Astana Duta sebagai Komandan Unsur Pesawat C130 Hercules. Mereka juga bersama 15 kru udara dan delapan pendamping dari Mabes TNI, Dispen, dan Pengamanan Pesawat.
Kata Noto, momen GPS jamming adalah hal paling menantang saat menerbangkan Hercules di atas udara kawasan konflik. Mereka menyadari betul akan bahaya dan risikonya.
"Itu yang paling menantang. Kami tidak pernah melihat medannya seperti apa. Kemudian kami pada saatnya berangkat itu sudah diwarning bahwa daerah itu adalah daerah operasi dan itu sedang aktif daerahnya. Sehingga kemungkinan besar terjadinya jamming radio, jamming navigasi itu itu sangat mungkin terjadi," jelasnya.
Hal yang dikhawatirkan pun terjadi, GPS jamming dialami Hercules yang berada di bawah kendalinya. Berkat kesabaran dan keuletan Noto dan kawan-kawan, mereka pun keluar dari kritis tersebut.
"Dan itu terjadi, jadi untuk itu kemarin kami sudah siap dengan segala pola operasinya sehingga kami juga kemarin menerbangkan pesawat ini secara manual," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Kolonel Noto menjalankan misi yang diberi sandi Solidarity Path Operation. Misi itu mengirimkan paket bantuan yang diterjunkan dari udara ke drop zone di Jalur Gaza.
Bantuan itu terdiri dari 20 paket, masing-masing berbobot 160 kilogram. Paket itu diterjunkan dengan metode low cost low altitude dengan ketinggian 2.000 kaki.