KODEMIMPI - Pihak berwenang Singapura tengah berupaya keras membersihkan tumpahan minyak yang 'menghitamkan' garis pantai di sebelah selatan negara kota itu, beberapa hari seusai terjadinya kecelakaan kapal.
Pada Jumat (14/06), sebuah kapal pengerukan berbendera Belanda menabrak kapal tanker milik Singapura yang tengah ditambatkan di perairan negara tersebut.
Pihak berwenang mengatakan kecelakaan itu disebabkan kapal keruk kehilangan tenaga mesin sehingga kapal itu hanyut dan menghantam kapal Singapura sehingga tangki minyaknya bocor.
Dampak dari insiden itu, sekitar 400 ton minyak yang merupakan setengah dari jumlah pasokan minyak di kapal tumpah dan sebagian besar minyak terbawa ke bibir pantai.
"Singgungan itu menyebabkan pecahnya salah satu tangki kargo minyak Kapal Marine Honor. Kandungan bahan bakar minyak rendah sulfur di dalamnya terlepas ke laut," kata Badan Maritim dan Lingkungan Hidup Singapura dalam pernyataan bersama.
Para pengunjung beberapa klub pantai di Pulau Sentosa melaporkan bahwa air laut di sekitar pulau masih hitam, berminyak, dan baunya masih menyengat tiga hari setelah kecelakaan kapal.
Berenang dan aktivitas laut lainnya saat ini dilarang di Sentosa, sementara beberapa pantai di Singapura ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Selain itu, muncul juga kekhawatiran dampak dari tumpahan minyak itu bagi satwa liar. Beberapa laporan dari warga mengemuka mengenai siput laut dan makhluk lain yang berlumur minyak.
Namun, menurut survei awal keanekaragaman hayati yang dilakukan tidak ada laporan kerusakan besar.
"Tidak ada dampak signifikan terhadap keanekaragaman hayati laut yang teramati, meskipun minyak terlihat pada akar beberapa tanaman bakau di daerah tersebut," kata Dr Karenne Tun dari Dewan Taman Nasional kepada surat kabar Straits Times.
Namun para relawan yang ikut serta dalam upaya pembersihan mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan hal itu.
"Ini merupakan pertanda baik bahwa kita tidak melihat satupun satwa liar dalam keadaan tertekan hari ini, namun kita harus memantau situasinya. Mungkin diperlukan waktu sebelum kita dapat melihat dampak sebenarnya dari tumpahan minyak tersebut," kata Kua Kay Yaw kepada surat kabar tersebut.
Sekitar 1.500 orang secara sukarela membantu proses pembersihan, kata pemerintah Singapura.
Namun sebagian besar upaya pembersihan dilakukan oleh pekerja kontrak - beberapa di antaranya terlihat membersihkan pantai Pulau Sentosa pada hari Minggu (16/06), menyekop tumpukan sampah yang menghitam dan ombak yang berminyak.
Pada Senin (17/06) pagi, seorang staf di klub pantai yang berjarak beberapa meter dari pantai wisata mengatakan air pantainya "masih hitam".
"Pantainya terbuka tapi Anda tidak bisa masuk ke dalam air, masih belum bersih," kata Siobhan Chan kepada BBC.
Pemerintah mengatakan mereka telah mengerahkan pelampung penyerap minyak sepanjang 1,5 km di dekat pantai serta di jalur perairan taman umum di East Coast Park, West Coast Park, dan Labrador Nature Reserve.
Operasi pembersihan di perairan untuk membersihkan tumpahan juga melibatkan penyemprotan bahan kimia mirip dengan sabut dan deterjen untuk "memecah minyak di permukaan air menjadi tetesan guna meningkatkan biodegrasi", demikian bunyi pernyataan bersama dari pihak berwenang.
Namun minyak olahan yang mengapung di air masih bisa "terbawa oleh arus pasang surut ke garis pantai".
Pihak berwenang mengatakan "kilauan minyak" juga terdeteksi di perairan sekitar Taman Laut Sisters' Islands yang dilindungi. Lokasi itu kini ditutup untuk umum demi perlindungan terumbu karang dan kehidupan laut.
Singapura adalah pusat pelayaran dan pengisian bahan bakar utama kapal yang melintasi Selat Malaka. Sehingga ratusan kapal tersebar di garis pantai selatan negara kota tersebut.